Oleh: HM. Hamdani, AMKep, SKM, MKes (Biomed)
Seorang pemerhati kesehatan ginjal yang memiliki latar belakang multi disiplin; perawat, sarjana kesehatan masyarakat, dan magister fisiologi kedokteran. Saat ini, tengah mendalami kajian ginjal baik dari sisi ilmu biomedis maupun publik Health.
Mengajak semua menjadikan “KAMIS SAYANGI GINJAL”, yang bertujuan membangun kesadaran masyarakat pentingnya pola hidrasi sehat, deteksi dini, dan tindakan non-farmakologik dalam mencegah kerusakan ginjal. Pendekatan yang digunakan menggabungkan ilmu fisiologi, nutrisi, perilaku kesehatan, serta keterlibatan sosial lintas usia dan profesi.
Hari Ginjal Sedunia yang diperingati setiap Kamis kedua bulan Maret seakan hanya menjadi rutinitas tahunan bersifat seremonial. Padahal, ancaman penyakit ginjal semakin nyata, menyentuh semua kelompok usia, bahkan anak-anak dan remaja. Indonesia mengalami peningkatan tajam angka kejadian gagal ginjal kronik (GGK), yang menurut data BPJS Kesehatan tahun 2023, menjadi salah satu penyakit dengan klaim pembiayaan tertinggi, yakni lebih dari Rp2,2 triliun/tahun.
Lebih lanjut, menurut data dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2022, terdapat sekitar 500.000 pasien GGK di Indonesia, dengan lebih dari 150.000 pasien menjalani hemodialisis (cuci darah) secara rutin, dan jumlah ini terus meningkat setiap tahun sekitar 10–12%. Bahkan, sekitar 70% pasien datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi gagal ginjal stadium lanjut, yang membutuhkan terapi cuci darah seumur hidup atau transplantasi ginjal.
Pola Hidup: Akar Masalah
Penyebab utama gangguan fungsi ginjal saat ini bukan hanya hipertensi dan diabetes, tapi juga gaya hidup modern. Konsumsi air kemasan berlebihan, minuman tinggi gula, zat pewarna dan pengawet, serta kebiasaan kurang minum air putih, memperberat beban filtrasi ginjal. Ginjal bekerja sebagai penyaring darah, menjaga keseimbangan elektrolit, membuang racun, serta mengatur tekanan darah. Ketika asupan cairan tidak seimbang dan komposisi kimia cairan tubuh terganggu, ginjal menjadi organ pertama yang rusak secara perlahan.
Gerakan KAMIS Sayangi Ginjal
Kami mengusulkan sebuah gerakan baru bernama “KAMIS SAYANGI GINJAL”, yaitu setiap hari Kamis dijadikan hari aksi nasional untuk peduli ginjal. Gerakan ini tidak sekadar ajakan, tetapi berbentuk edukasi dan aksi nyata berbasis masyarakat dengan metoda :
- Hydration : Minum air putih menurut NWI, HWI dan SHWI bertahap dan teratur 24 jam.
- Awareness : Sadar akan pentingnya peran ginjal dalam tubuh serta faktor risiko GGK.
- Motivation : orang tua, guru, pemuka agama, karang taruna, pkk, dll saling mengingatkan
- Decision : Membuat keputusan sadar untuk mengurangi konsumsi gula, soda, junk food.
- Action : Melakukan aktivitas fisik ringan dan pemeriksaan kesehatan rutin.
- Nutrition : Makan dengan pola gizi seimbang, rendah garam, rendah protein berlebihan.
- Inspection : Mengecek warna urin, kebiasaan buang air kecil, dan keluhan fungsi ginjal.
Gerakan ini bisa dimulai dari sekolah, pesantren, puskesmas, kantor pemerintahan, hingga tempat ibadah, dengan melibatkan orang tua, guru, pemuka agama, pemuda karang taruna, kader PKK, hingga penyuluh pertanian dan peternakan. Formatnya bisa berupa tantangan minum air putih, edukasi gizi ramah ginjal, cek urin sederhana, dan seminar daring/luring seputar fisiologi ginjal, biokimia cairan tubuh, serta bahaya late detection.
Kenapa Harus Hari Kamis?
Karena hari Kamis sudah identik sebagai Hari Ginjal Sedunia, maka momentum ini perlu diperluas menjadi gerakan mingguan yang terstruktur, bukan sekadar event tahunan. Jika Jumat adalah hari penuh keberkahan spiritual, maka Kamis bisa dimaknai sebagai hari menjaga fisik, khususnya ginjal sebagai investasi kesehatan jangka panjang.
Integrasi dengan Sekolah dan Layanan Kesehatan
Pendidikan sejak usia dini adalah kunci. Guru dan wali murid perlu mendapatkan pelatihan singkat tentang “Hidrasi Sehat Anak”. Di sisi lain, perawat, dokter, dan tenaga kesehatan bisa mempromosikan Terapi Non Farmakologik: cukup cairan, olahraga ringan, dan menghindari konsumsi zat aditif berbahaya.
Mengapa Mendesak?
WHO menyatakan bahwa 1 dari 10 orang di dunia mengalami gangguan ginjal, dan kebanyakan tidak menyadarinya. Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas Kemenkes RI 2018, prevalensi penyakit ginjal kronik mencapai 3,8% dari populasi. Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini sekitar 275 juta jiwa, maka ada sekitar 10,45 juta orang yang berpotensi mengalami penyakit ginjal kronik. Dan jumlah itu terus bertambah.
Gagal Ginjal Akut (Acute Kidney Injury – AKI) Pada tahun 2022, terjadi lonjakan kasus gagal ginjal akut pada anak-anak di Indonesia. Hingga November 2022, tercatat 323 kasus gagal ginjal akut pada anak, dengan sekitar 190 anak meninggal dunia, menunjukkan tingkat kematian yang sangat tinggi. Kasus ini banyak menyerang anak-anak usia 6 bulan hingga 18 tahun, dengan mayoritas kasus pada usia 1–5 tahun.
Gagal Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease – CKD) Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia sebesar 0,38% atau 3,8 per 1.000 penduduk. Meskipun data spesifik untuk anak belum tersedia secara nasional, diperkirakan angka kejadian gagal ginjal kronik pada anak mencapai 12,1 kasus per juta anak per tahun, dengan rentang usia 8,8–13,9 tahun. Survei dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan bahwa 1 dari 5 anak usia 12–18 tahun memiliki urin yang mengandung hematuria atau proteinuria, yang merupakan gejala awal dari gagal ginjal.
Mari Kita Bergerak
Sudah waktunya pemangku kebijakan, media, institusi pendidikan, tokoh agama, dan masyarakat luas menjadikan hari KAMIS sebagai momen rutin sayangi ginjal. Dari rumah hingga kantor, dari sekolah hingga masjid, dari guru hingga kader, mari mulai dari air putih pertama di pagi hari. Sebab mencegah lebih murah daripada cuci darah seminggu dua kali.
Tabel pendistribusian intake air minum selama 24 jam berdasarkan tiga kategori kebutuhan :
| NO | WAKTU MINUM | NWI 1.500 ml/hari | HWI 2.000 ml/hari | SHWI 2.500 ml/hari | KET |
| 1 | Bangun tidur (05.00) | 200 ml | 250 ml | 300 ml | Minum setiap tegukan berhenti, maksimal 3 tegukan
Bagi yang berpuasa, bisa digantikan jamnya di waktu malam |
| 2 | Setelah mandi (06.30) | 150 ml | 200 ml | 250 ml | |
| 3 | Pagi (09.00) | 200 ml | 250 ml | 300 ml | |
| 4 | Menjelang makan siang (11.30) | 150 ml | 200 ml | 250 ml | |
| 5 | Siang (13.30) | 200 ml | 250 ml | 300 ml | |
| 6 | Sore (16.00) | 200 ml | 250 ml | 300 ml | |
| 7 | Menjelang makan malam (18.30) | 150 ml | 200 ml | 250 ml | |
| 8 | Sebelum tidur (21.00) | 250 ml | 400 ml | 550 ml | |
| Total | 1.500 ml | 2.000 ml | 2.500 ml |
Keterangan:
- NWI (Normal Water Intake): Kebutuhan harian orang sehat dewasa dengan aktivitas ringan-sedang.
- HWI (High Water Intake): Untuk orang dengan aktivitas fisik sedang-tinggi, lingkungan panas, atau mencegah dehidrasi ringan.
- SHWI (Super High Water Intake): Disarankan untuk individu dalam kondisi risiko tinggi seperti batu ginjal, bekerja di lapangan, atau menderita penyakit metabolik tertentu (dengan rekomendasi medis).
Sumber Data:
BPJS Kesehatan, Statistik Klaim Penyakit Katastropik 2023
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), Laporan Data Registrasi HD Nasional 2022
Riskesdas Kemenkes RI 2018
WHO: Global Kidney Health Report 2020
Indonesian Renal Registry (IRR) 2022
NU Sumsel